Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Kamis, 09 Oktober 2014

Sorot Balik Tentang Kehadiran Buku Kristen Dalam Sastra Indonesia (BPK Gunung Mulia Jakarta 1977) #1


Catatan Pertama
Pada awal tahun 1970 Pengurus Dewan Kesenian Jakarta menyodorkan tema “Kristen Dalam Sastra Indonesia” kepada Dick Hartoko untuk diceramahkan. Tetapi Dick Hartoko kemudian mempresentasikan ceramahnya dengan judul, “Mengerling Sastra Indonesia Dari Sudut Kristen”. Materi ceramah yang disampaikan oleh Dick Hartoko itu kemudian dimuat dalam Majalah KOMUNIKASI  No.13 Tahun I, tanggal 10 Januari 1970, halaman 25 – 27. Dalam edisi majalah itu pula, pada halaman 27 – 28, dimuat opini Satyagraha Hoerip berjudul, “Sastra Kristen Yang Kita Harap-Harapkan”. Dick Hartoko tidak secara tegas menolak kemungkinan adanya karya-karya sastra yang bernafaskan kristiani. Sedangkan Satyagraha Hoerip secara tegas menolak adanya sastra Kristen.

Catatan Kedua
Berkenaan dengan opini Dick Hartoko dan Satyagraha Hoerip yang dimuat di Majalah KOMUNIKASI  No.13 Tahun I, tanggal 10 Januari 1970 itu, maka pada tanggal 25 Mei 1970 Majalah KOMUNIKASI  edisi No.22, Tahun I, pada halaman 7 – 11, memuat artikel M. S. Hutagalung berjudul, “Tentang Sastra Kristen”. Sebagai seorang dosen sastra di Universitas Indonesia, Hutagalung menguraikan tentang apa yang dimaksudkan dengan penamaan sastra Kristen. Tegasnya, Hutagalung menanggapi kesangsian dan keberatan yang dikemukakan oleh Dick Hartoko dan Satyagraha Hurip berkenaan dengan apa yang dinamakan sastra Kristen.

Catatan Ketiga
Pada tanggal 25 Juni 1970 Majalah KOMUNIKASI  edisi No.24, Tahun I, pada halaman 17 – 18, memuat artikel Sumartono berjudul, “Tentang Sastra Kristen: Tanggapan Terhadap Tulisan M. S. Hutagalung”. Melalui artikel itu, Sumartono menyanggah pendapat M. S. Hutagalung, dan menyatakan persetujuannya terhadap pandangan Dick Hartoko dan Satyagraha Hoerip.

Catatan: Mengenai siapa itu Dick Hartoko, Satyagraha Hoerip, M. S.  Hutagalung, dan Sumartono, profil mereka bisa dilacak di internet melalui Google.
             
Catatan Keempat
Setelah mencermati opini keempat tokoh yang termuat di Majalah KOMINIKASI sebagaimana disebutkan di atas, dan teristimewa tema “Kristen Dalam Sastra Indonesia” yang disodorkan oleh Pengurus Dewan Kesenian Jakarta untuk diceramahkan, namun diragukan dan ditolak oleh Dick Hartoko, sehingga Dick Hartoko hanya mengerling saja terhadap makna yang tersirat di dalam tema “Kristen Dalam Sastra Indonesia”, maka saya terpanggil untuk menyusun sebuah naskah yang saya beri judul sesuai dengan tema yang disodorkan oleh Pengurus Dewan Kesenian Jakarta yaitu, “Kristen Dalam Sastra Indonesia”.

Naskah buku saya susun pada bulan Juli 1970, menyongsong ulang tahun saya yang ke-39 pada tanggal 9 Oktober 1970. Setelah selesai menyusun naskah, saya diamkan saja. Tidak ada niat untuk dikirim ke penerbit manapun. Nanti pada tahun 1973 barulah saya tergugah untuk menawarkan naskah tersebut ke  Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia Jakarta. Pada tanggal 2 Desember 1973, saya bersurat ke BPK GM Jakarta, menanyakan syarat-syarat penerbitan naskah. Pada tanggal 31 Januari 1974, saya memperoleh jawaban dari BPK GM Jakarta. Persyaratan butir 2, 3, dan 4, yang berbunyi, “naskah yang kami terbitkan hanya naskah yang baik menurut penilaian redaksi/staf ahli kami; kami harapkan naskah-naskah yang bermutu; semua naskah setelah kami teliti bila tidak dapat diterbitkan segera dikembalikan”,  membuat saya berpikir-pikir, apalagi tema “Kristen Dalam Sastra Indonesia” itu telah didiskusikan empat tahun lalu, yaitu pada tahun 1970. Tetapi akhirnya saya putuskan untuk mengirimkan  naskah tersebut ke penerbit pada bulan Februari 1974. Dan setelah lama menunggu, pada November  1976 saya memperoleh kepastian dari BPK GM Jakarta bahwa naskah buku saya sudah dicetak, dan kovernya akan selesai pada Desember 1976, sehingga buku yang diterbitkan itu akan diedarkan pada bulan Januari 1977. Selanjutnya, pada tanggal 29 November 1977, kepada saya dikirimkan “Surat Perjanjian Penerbitan” untuk ditandatangani, sekaligus dengan realisasi pembayaran royaltinya.

Catatan Kelima
Setelah buku saya berjudul, Kristen Dalam Sastra Indonesia diedarkan, maka menjelang akhir bulan Januari 1977, Patmono Sk memuat resensinya di Koran Sinar Harapan. Patmono Sk mengakui ketajaman analisis saya tentang tema “Kristen Dalam Sastra Indonesia” , seraya menambahkan bahwa argumen-argumen yang saya kemukakan bersifat “dialektis” namun “polemis”.

Dalam perkembangan beberapa tahun kemudian saya memperoleh informasi bahwa buku, Kristen Dalam Sastra Indonesia, didiskusikan secara terbatas dalam Rapat Komisi Pemuda saat Sidang Raya Dewan Gereja Indonesia pada waktu itu (DGI [kini, PGI]) di Tomohon, Sulawesi Utara pada tahun 1981. Buku saya dinilai sebagai buku  yang membahas tema terbaik dari buku-buku yang diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia Jakarta dalam kurun waktu 1970 – 1980. Sehingga dalam Sidang Raya DGI di Tomohon pada tahun 1981 itu Komisi Pemuda DGI yang diketuai Dr. Fridolin Ukur mengharapkan agar buku Kristen Dalam Sastra Indonesia dijadikan sebagai buku wajib baca bagi generasi muda Kristen Indonesia. Mengapa? Karena tema yang dibahas dalam buku saya itu bukannya “Sastra Kristen Indonesia”, melainkan “Kristen Dalam Sastra Indonesia”, yang pada hakikatnya tersirat di dalamnya “panggilan Kristen” untuk “present” dan berkarya dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang kehidupan seni sastra.  Penilaian ini tepat, sebab dalam buku tersebut, mulai dari halaman 7 sampai halaman 24 saya membahas tentang “panggilan sastrawan Kristen dalam seni sastra Indonesia”. Dan berkenaan dengan penamaan “sastra Kristen”  yang diragukan oleh Dick Hartoko dan yang ditolak oleh Satyagraha Hoerip dan juga Sumartono, tetapi yang diteguhkan oleh M. S. Hutagalung melalui uraiannya sekalipun kurang luas dan dalam, saya terdorong untuk membahasnya secara lebih luas dan dalam pada halaman 25 sampai halaman 33, untuk menunjukkan bahwa “penamaan sastra Kristen” bisa saja muncul dan/atau ada, serta tidak sepatutnya diingkari.

Berdasarkan keseluruhan pertimbangan yang tertuang dalam halaman 7 sampai halaman 33 itulah, saya mengkritisi opini Dick Hartoko, Satyagraha Hoerip, M.S. Hutagalung, dan Sumartono mulai dari halaman 34 sampai halaman 61, di bawah judul bab “Tinjauan Sekitar Penamaan Sastra Kristen”.

Demikianlah sekelumit kilas balik tentang kehadiran buku saya yang berjudul, Kristen Dalam Sastra Indonesia pada tahun 1977, yang jika dilacak di internet dikategorikan sebagai Christianity controversial literature,  terdapat di Yale University Library; Michigan University Library; Southeast Asian Languages And Literatures; Open Library; Hathi Trust Digital Library; Digital Library UIN Malang; Perpustakaan Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa; World Catalogue; Google Books; BPK Gunung Mulia—Search Results Open Library; Auraria Library University of Colorado Denver; Book Catalog: Kri – Vol 22. Dan karena buku ini pula maka dalam  XML Result, terdapat penjelasan: “Dep. P dan K Additional Author mixed material Netti, A. G. Hadzarmawit. Additional Author mixed material Rosmawati R. Additional Author mixed material ………. Hartoko, Dick. ….. Danandjaja, James. …… Zoetmulder, P. J. ……. Dar Danarto. ….. dan Jassin, H. B.

 Dan apabila diperiksa di Catalogue Southeast Asean Language and Literature, tercantum nama A. G. Hadzarmawit Netti dengan bukunya yang berjudul Kristen Dalam Sastra Indonesia dalam katalog halaman 184; Gerson Poyk dengan bukunya berjudul Drama Moderen tercantum pada halaman 185; dan Dami. N. Toda dengan bukunya berjudul Novel Baru Iwan Simatupang tercantum pada halaman 190. [BERSAMBUNG]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar